Oleh: subair | Juni 26, 2022

EPILOG : IMAN, ILMU, AMAL SEBAGAI PILAR PERADABAN

Hubungan Iman, Ilmu dan Amal serta Pilar-pilar Peradaban

A. Hubungan Iman, Ilmu Dan Amal

Fenomena ini banyak menjadi polemik kaum muslimin yang kadangkala terperangkap dalam pembahasan yang memiliki paradigma berbeda antara satu pendapat dengan pendapat yang lain berkaitan dengan hubungan. Iman, Ilmu, Amal. Sebuah trilogi yang tidak dapat di pisahkan. Saling terkait. Iman tanpa ilmu sesat, Ilmu tanpa Amal sesat. Amal tanpa ilmu taklid. Susunannya kadang kala ia terlalu dipermasalahkan sesuai dengan paradigma penyusunnya. Ada yang menyatakan ilmu itu dahulu dari iman , dan ada menyatakan iman dahulu dari amal. Apapun yang pasti ketiga ini berkait antara satu sama lain. Kita akan membahas kedudukannya dari ketiganya terlebih dahulu sebelum beranjak pada pembahasan korelasi diantara ketiganya.

1. IMAN

Iman adalah penyaksian mata hati (musyahadah) terhadap ketuhanan Allah SWT pada setiap pandangan kepada segala perkara, Allah berfirman dalam (QS. An-Nisa’ :136) ‘Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan Rasul-Nya” Rasulullah bersabda “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”…. (HR. Ath-Thabrani)

Ayat di atas ditujukan kepada orang yang sudah beriman. Mereka sudah berimanpun tetapi masih diperintah supaya beriman dengan memperkuat iman. Iman pada tahap permulaan berdasarkan dalil-dalil dan pembuktian. Kemudian mereka diajak juga kepada iman dengan penyaksian (musyahadah) mata hati, menyaksikan Rububiyah Allah (perbuatan Allah bahwa Allah maha pencipta, maha pemberi rizki, maha menghidupkan dan maha mematikan) persaksian terhadap rububiyah Allah membawa konsekwensi kepada ubudiyah kepadaNya. Tanpa penyaksian terhadap Rububiyah segala amal tidak berguna kerana orang yang beramal menyandarkan amal itu kepada dirinya sendiri, sedangkan seseorang tiada mampu melakukan sesuatu apapun melainkan dengan izin Allah SWT dengan kudrat dan Iradat-Nya, dengan daya dan upayaNya. (laa haula walaa quwata illa billah)

Besarnya amal sebesar gunung tidak dapat menandingi iman sebesar biji zarah. Orang yang beriman dan menyaksikan Rububiyah Allah pada segala perkara dan semua amal itulah orang yang mendapat nikmat yang sempurna lahir dan batin, kerana hubungannya dengan Allah SWT tidak pernah putus. Orang inilah yang merasa puas dengan berbuat taat kepada Allah SWT dan merasa cukup dengan-Nya, kerana tiada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Allah SWT dan tidak berlaku sesuatu perkara melainkan menurut ketentuan-Nya. Apalagi yang dilakukan oleh seorang hamba melainkan hanya dalam rangka taat kepada-Nya dan menerima keputusan-Nya. Dari penjelasan diatas bahwa iman merupakan penentu sah sesuatu amalan seorang hamba yang mengaku iman kepada Allah SWT.

2. ILMU

Sejarah pernah mencatat, bahwa imperium Utsmaniyah pernah memiliki peranan yang menentukan dalam percaturan dunia. Bahkan dakwah Islamiyah pernah sampai ke penjuru dunia . Sehingga masyarakat barat menjadi tidak tenang. Itu semua bisa terjadi karena umat Islam di waktu itu membekali diri dengan ilmu pengetahuan, di samping memperkokoh keimanan. Bahkan sejarah pernah pula mencatat, bahwa kemajuan peradaban Islam di Eropa, khususnya di Spanyol, tidak terlepas dari ajaran Islam, yang menjunjung tinggi dan mengagungkan ilmu pengetahuan.

Kemajuan barat, tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Islam. Sebagaimana diungkapkan oleh para ilmuwan mereka dengan tegas mengatakan, bahwa bangsa eropa sangat beruntung dan berhutang budi dengan kedatangan Islam. Banyak ilmu pengetahuan yang ditemukan dan kemudian diadopsinya Seperti yang diakui oleh Robert Briffault dalam bukunya The Making of Humanity menyatakan, “Tidak ada kemajuan Eropa melainkan ia berhutang budi kepada Islam dan peradaban Islam dan diarahkannya dengan positif.” orang Eropa pertama yang mendapat pendidikan Islam di Toledo adalah Adelard Bath, yang kemudian ia menjadi ahli matematika dan filsafat Inggris yang masyhur

Kesan juga diungkapkan oleh ilmuwan barat lainnya, bahwa ilmu pengetahuan yang dibawa Islam, menjadi inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern barat. Saat itulah izzul Islam wal muslimin (kemulyaan Islam dan kaum muslimin) dirasakan oleh dunia. Ini merupakan rahmat besar. Hidup dengan ilmu pengetahuan, disegani dan dihormati oleh bangsa lain. Ini sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang merupakan aturan hidup yang sempurna yang datang dari Allah SWT.

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘aalamiin. Telah mensyariatkan dan mewajibkannya kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya melalui wahyuNya yang pertama kali turun yakni iqra’ (bacalah). Artinya ini perintah untuk belajar dan menuntut ilmu. (QS At Taubah : 122, Az Zumar : 9 ).

Oleh karena itu, Rasulullah SAW mewajibkan kepada semua umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabdanya : thalabul ilmi fariidhotun ‘alaa kulli muslimin wa muslimatun (mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan). Beliau juga mempunyai kebijakan untuk mendorong umatnya terus belajar dan belajar. Misalnya ketika kaum muslim berhasil menawan sejumlah pasukan kaum musyrikin dalam perang Badar. Dengan cara menawarkan mereka, jika mau bebas mereka harus membayar tebusan, atau mengajar baca tulis kepada warga Madinah. Kebijakan ini sungguh cukup strategis, karena mempercepat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di kalangan kaum muslimin.

Menuntut ilmu disamping ibadah, juga merupakan jihad. Yakni jihad melawan kebodohan. Jihad melawan keterbelakangan. Maka di sinilah diperlukan kesungguhan yang luar biasa. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW : man khoroja fii tholabil ilmi fahuwa fii sabiilillah (barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia pada jalan Allah). Ilmu adalah cahaya yang menerangi dan menerangi hidup ini. Ilmu adalah petunjuk, sedang kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan.

Allah berfirman dalam (QS Al Maidah : 15-16), yang maknanya : Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

Ilmu adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bagaimana kita akan mengenal Allah kalau kita tidak pernah membekali diri dengan ilmu. Ilmu sekaligus juga sebagai petunjuk keimanan dan beramal sholih. Dengan menuntut ilmu berarti kita telah meneladani sifat Allah yang Mulia yakni Al Aliim. Bukankah kita diperintakan untuk berakhlak dengan akhlak Allah. Allah telah memberi anugerah kepada penuntut ilmu dengan rahmah dan maghfirohNya. Sehingga energi yang dimiliki oleh orang aliim, diharapkan mampu meningkatkan kualitas manusia dan menjawab berbagai persoalan manusia. Kesesuaian Antara Ilmu dan Amal

Imam asy-Sya’bi juga berpendapat bahwa orang yang faqih adalah orang yang benar-benar menjauhi segala yang diharamkan Allah SWT dan alim adalah orang yang takut kepada Allah SWT. Jika kita menengok para ulama salaf dan para Imam yang bertabur ilmu, akan kita dapatkan bahwa mereka bukan sekedar ahli ilmu, tapi juga ahli ibadah. Bukan sekedar ibadah yang wajib dan yang tampak, tapi juga ibadah yang sunnah dan yang tersembunyi.

3. AMAL

Amal merupakan satu konsekwensi hasil dari gabungan ilmu dan iman kerana kebenaran iman dapat di lihat dari amal soleh seseorng .Allah bersumpah degan masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali beriman dan beramal shaleh dengan mengingatkan kepada manusia kepada kebenaran dan kesabaranAllah SWTberfirman, (QS.Al-Asr : 1-3).”Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”…. (HR. Ath-Thabrani) Berdasarkan bukti dan dalil di atas tidak sempurna iman dan ilmu seseorng itu melainkan disertai dengan amal yang merupakan hasil pemahaman dari ilmu ,dan penyatuan yang hadir hasil penyaksian bahawa iman harus disertai dengan amal anggota badan itu yang bergerak demi merealisasikan ilmu dan iman dengan amal nya .

Setelah mengetahui penjelasan iman, ilmu dan amal. Sekarang saatnya mengetahui korelasi diantara ketiganya. Tentang hubungan antara iman dan amal, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman” (HR. At-Thabrani) kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”…. (HR. Ibnu Majah dan al- Baihaqi)

Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang? “. Beliau nabi menjawab: “Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya”(HR. Bukhari) “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya. (HR. Abu Na’im)

Seorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” (HR. Ibnu Hibban) suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw.: “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ” Sahabat itu bertanya lagi “Ilmu apa yang nabi maksudkan ? Jawab Nabi Saw.: ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw belum faham pertanyaanya, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu” Jawab Nabi SAW lagi “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah” (HR. Ibnu Abdil Barr) Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, kualitas amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuannya karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya Allah berfirman dalam (QS. Yunus : 9 ) Ilmu pengetahuan tentang Allah SWT adalah penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengertian iman yang diajarkan oleh Rasulullah SWA . bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq dengan hati (bi-l-qalbi) yang di ikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan .

Dengan penjelasan diatas disimpulkan bahawa janganlah seorang muslim memisahkan ketiga komponen yang telah diperselisikan hubungan dan susunannya, kerana pemisahan setiap ketiga komponen menjadikan islam itu janggal dan seakan bahwa tiga hal itu tidak saling berkaitan, padahal dengan ketiga komponen ini Rasulullah SAW memperbaiki peradapan jahiliyah menuju peradapan yang tinggi dan mengantarkan manusia menuju kejayaan dengan iman, ilmu, amal dengan ketiganya umat islam menjadi sebaik-baik umat.

B. Pilar Pilar Peradaban

Nabi saw. merubah peradaban jahiliyyah ke peradaban Islam, sebenarnya peradaban merupakan bagian dari fitrah manusia. Artinya setiap manusia ingin maju dan berkembang demi kenyamanan dan kesejahteraan hidup mereka, baik dalam kehidupannya yang bersifat individual maupun sosial.

Para nabi as. berperan meluruskan arah kemajuan yang diinginkan manusia agar tidak menyimpang ke arah yang membahayakan kehidupan mereka, berkenaan dengan ini, Ali bin Abi Thalib berkata, “Allah SWT mengutus di tengah mereka rasul-rasulNya dan nabi-nabiNya dari satu zaman ke zaman yang lain untuk menagih janji fitrahNya, mengingatkan nikmat-nikmatNya yang terlupakan, menyempurnakan tabligh dan membangkitkan kekuatan-kekuatan akal yang terpendam“

Ketika nabi SAW. lahir dan sebelum diangkat menjadi nabi, bangsa Arab sudah mempunyai peradaban, demikian pula bangsa di sekitar semenanjung Arabia; Byzantium Timur dan Persia. Tetapi pada saat yang sama, beliau menyaksikan prilaku bangsa Arab yang tidak sesuai dengan akal sehat dan hati nurani.

Dekadensi Moral dan kedzaliman meraja lela di mana-mana. Sehingga beliau sering menyendiri di gua Hira’. Kebiasaan menyendiri itu dilakukan beliau bertahun-tahun sampai beliau diangkat menjadi nabi dengan turunnya lima ayat pertama dari surat al ‘Alaq. Setelah itu, beliau diperintahkan untuk memperbaiki dan meluruskan kaumnya. Dalam pandangan Nabi saw. kehidupan yang maju dan nyaman tidak mungkin  ditegakan di atas pengetahuan santis-empiris belaka, tetapi juga di atas moral dan iman. Peradaban yang berlandaskan kemajuan pengetahuan santis-empirisi tidak akan membawa ke kehidupan yang nyaman dan bahagia. Kaum Tsamud, ‘Âd dan raja Fir’aun dari sisi pengetahuan saintis-empiris pada masa mereka sangat maju dan mengundang decak kagum manusia modern sekarang ini.

Demikian pula Byzantium dan Persia telah membangun peradaban berlandaskan pengetahuan saintis-empiris begitu maju pada masanya. Namun peradaban mereka itu dibangun di atas penderitaan orangorang lemah dan memakan ratusan ribu nyawa yang tidak berdosa. Nabi SAW. memahami kenyataan itu dan meresapi kehidupan yang tidak adil itu. Peradaban seperti itu dianggap sebagai peradaban jahiliyyah. Untuk itu, beliau ingin merekonstruksi peradaban menjadi peradaban yang memberikan rasa keadilan dan kenyamanan. Perbedaan peradaban Islam dengan peradaban Arab. Arab sebagai bangsa, baik bangsaArab klasik, seperti Tsamud, ‘Ad dan Quraisy, atau bangsa Arab setelah Islam, mempunyai peradaban tersendiri. Seperti halnya, barat sebagai bangsa, baik Barat pada masa Romawi kuno, atau Barat modern, mempunyai peradaban tersendiri, mekipun agama terkadang memberikan pengaruh terhadap peradaban mereka.

Peradaban mereka, Arab, Barat dan bangsa lain, mengalami jatuh-bangun dan jaya-surut. Jatuh-bangun peradaban mereka tergantung sejauh mana mereka menjaga empat elemen peradaban, yang telah disebutkan oleh Kâdzim Makki; peradaban mereka dibangun berdasarkan khazanah kamanusiaan, pengetahuan, pengalaman, dan struktur geografis mereka.

Sementara peradaban Islam dibangun di atas nilai-nilai yang turun dari Allah SWT. Ketika sebuah bangsa dapat menyerap dan melaksanakan nilai-nilai itu, maka bangsa itu membangun peradaban Islam. Peradaban yang dibangun tidak di atas nilai-nilai Ilâhi dianggap sebagai peradaban jahiliyyah, meskipun maju dalam hal pengetahuan saintis-empirisnya.

Dengan demikian, adalah salah kaprah jika peradaban Islam dibandingkan dengan perdaban Barat, sehingga muncul penilaian, Manakah di antara keduanya yang lebih tinggi ?, karena perbedaan antara keduanya bersifat vertikal. Yang satu berlandaskan nilai-nilai Ilâhi dan yang lain berlandaskan empat elemen tersebut.

Menjadi tepat jika perbandingan itu antara peradaban Barat dengan peradaban Arab atau Islam, yang perbedaannya bersifat horisontal. Oleh karena sumber utama Islam adalah Qur’an dan Hadis, maka untuk mengetahui apa saja nilai-nilai yang menjadi pilar peradaban Islam, kita harus kembali ke dua sumber itu.

1.Ilmu Pengetahuan.

Sebuah peradaban tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan, karena pengetahuan adalah syarat pertama dan utama bagi majunya sebuah bangsa, tanpa pengetahuan sebuah bangsa akan tertinggal, bahkan akan binasa. Menurut Muhammad Taqi Misbah dan Muhammad Baqir Shadr bahwa berpengetahuan merupakan sesuatu yang aksioma (badîhî) dan tidak perlu dipertanyakan lagi, apalagi diperdebatkan, karena ia bagian dari ciri yang paling utama bagi manusia, atau menurut Muthahhari, berpengetahuan adalah bagian dari fitrah manusia.

Qur’an banyak mengajak manusia agar merenungi benda-benda yang ada di jagat raya dan menantang manusia untuk menyibak rahasia-rahasia alam semesta. Misalnya ayat yang berbunyi,” Hai kelompok jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus lorong-lorong langit dan bumi, maka tembuslah. Kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan sulthan “.Sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sulthan ‘ dalam ayat ini adalah ilmu pengetahuan.

Meskipun Nabi SWA, menurut sebagian, seorang yang ummi (buta huruf), tetapi beliau menyuruh para sahabatnya agar belajar baca-tulis, karena kemampuan membaca dan menulis adalah syarat bagi majunya seseorang dan sebuah masyarakat. Setelah perang Badar berakhir, dan kaum Muslimin menahan sejumlah orang Musyrik Mekkah, beliau bersabda, “ Barangsiapa dari para tahanan ada yang mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh pemuda dan anakanak Anshar, maka dia dibebaskan tanpa diminta uang tebusan “.

Pada masa nabi para sahabat menjadi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Itu merupakan prestasi tersendiri bagi bangsa arab yang tidak begitu memperhatikan masalah baca-tulis. Beliau juga sangat apresiatif terhadap pengalaman dan eksperimen orang dan bangsa lain. Beliau mempraktekkan usulan Salman al Farisi untuk membuat parit besar dalam perang Khandaq, sesuatu yang lazim dilakukan oleh pasukan Persia ketika perang menghadapi musuh. Lebih dari itu, beliau menekankan pentingnya belajar dari usia dini sampai akhir hayat, meski dengan menempuh jarak yang sangat jauh.

Perhatian terhadap pengetahuan dan penekanan yang kuat terhadap belajar merupakan ciri yang paling menonjol dalam ajaran Islam. Hal itu menunjukkan betapa Nabi saw. ingin membangun masyarakat yang cerdas dan pandai. Sejak memeluk Islam, bangsa Arab berubah jati dirinya dari sebuah bangsa yang terbelakang dan tidak dipertimbangkan oleh Romawi dan Persia menjadi bangsa yang disegani dan dihormati karena ilmu pengetahuan.

2.Tauhid dan Iman

Pilar peradaban Islam yang lain adalah tauhid dan iman. Dalam Qur’an disebutkan, ( QS. Al-‘Arof :96 ) “ Jika penduduk kota itu beriman dan betaqwa, niscaya Kami buka di atas mereka berkat dari langit dan bumi “. Hakikat tauhid dan iman kepada Allah SWT. adalah membebaskan manusia dari belenggu-belenggu penghambaan kepada selain Allah. Dalam ucapan “ Tiada tuhan selain Allah “ terdapat pesan yang jelas bahwa ketundukan dan penghambaan hanya kepada Allah SWT. Dalam pandangan orang yang beriman, selain Allah SWT. tidak punya hak untuk disembah dan ditunduki, dan ia memandang seluruh keberadaan selainNya sama seperti dirinya sebagai hamba. Diriwayatkan bahwa Dihyah al Kalbi, seorang sahabat Nabi, diperintahkan oleh Nabi saw.untuk membawa surat kepada Kaisar Romawi. Pada waktu itu, setiap orang yang akan menghadapi Kaisar diharuskan sujud dihadapannya. Dihyah dengan tegas menolak itu dan berkata,”Aku datang kepadamu untuk membebaskan manusia dari menyembah selain Allah dan hanya menyembah Tuhan segala tuhan”.

Islam tidak hanya membebaskan manusia dari segala kekuatan eksternal saja, selain Allah, tetapi juga membebaskan manusia dari kekuatan internal, yaitu hawa nafsu. Karena dalam banyak ayat dan hadis diterangkan bahwa hawa nafsu cenderung ke keburukan dan kehancuran.  

Disinilah letak perbedaan antara peradaban Islam dengan peradaban lainnya, termasuk peradaban Barat. Peradaban Barat secara khsusus dibangun di atas pilar ilmu pengetahuan rasional-empiris yang notabene materialistik, sama dengan peradaban yang pernah ada sebelumnya. Tidak terpikirkan dalam benak mereka, jika mereka tidak bersentuhan dengan agama apapun, bahwa peradaban yang dibangun tanpa tauhid dan iman, sehingga mengikuti hawa nafsu, justru akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Peradaban demikian biasanya tidak lepas dari kerakusan, kebebasan tanpa kendali dan dekadensi moral. Dan pada akhirnya ia menuju ke kehancuran.

Pada dasarnya, Nabi Muhammad SAW. dengan bimbingan Allah SWT. merubah peradaban yang bersifat jahiliyyah menjadi peradaban Islam yang tegak di atas ilmu pengetahuan dan iman. Al-Qur’an sendiri mengumpamakan,” orang-orang beriman seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, dan tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, kemudian besar dan tegak lurus di atas pokoknya, sehingga menyenangkan hati para penanamnya”.            

Muthahhari dalam mengomentari ayat ini berkata, “Sungguh betapa agung contoh yang digambarkan Allah tentang kaum Muslimin pada masa permulaan Islam. Inilah contoh yang mengarah kepada perkembangan dan kesempurnaan. Inilah contoh bagi orang-orang Mukmin yang senantiasa bergerak menuju kemajuan dan kesempurnaan”.

Sejarah Islam pada masa itu adalah saksi akan kehebatan peradaban Islam. Will Durant, seperti yang dikutip oleh Muthahhari, berkata dalam bukunya, The Story of Civilization, “ Tidak ada peradaban yang lebih mengagumkan seperti perdaban Islam”.

RANGKUMAN

Dalam pandangan Nabi saw. kehidupan yang maju dan nyaman tidak mungkin  ditegakan di atas pengetahuan santis-empiris belaka, tetapi juga di atas moral dan iman. Peradaban yang berlandaskan kemajuan pengetahuan santis-empirisi tidak akan membawa ke kehidupan yang nyaman dan bahagia. Kaum Tsamud, ‘Âd dan raja Fir’aun dari sisi pengetahuan saintis-empiris pada masa mereka sangat maju dan mengundang decak kagum manusia modern sekarang ini.

Demikian pula Byzantium dan Persia telah membangun peradaban berlandaskan pengetahuan saintis-empiris begitu maju pada masanya. Namun peradaban mereka itu dibangun di atas penderitaan orangorang lemah dan memakan ratusan ribu nyawa yang tidak berdosa. Nabi SAW. memahami kenyataan itu dan meresapi kehidupan yang tidak adil itu. Peradaban seperti itu dianggap sebagai peradaban jahiliyyah. Untuk itu, beliau ingin merekonstruksi peradaban menjadi peradaban yang memberikan rasa keadilan dan kenyamanan.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

1. Jelaskan bahwa iman dalam islam sebagai syarat sahnya amal ?

2. Jelaskan kontribusi islam terhadap peradapan barat?

3. Bagaimana jika ilmu tidak didasari iman?

4. Bagaimana kedudukan amal dalam islam?

5. Bagaimana hubungan iman, ilmu, amal?

6. Bagaimana korelasi iman, ilmu dan amal dalam membangun peradaban?

7. Jelaskan pilar-pilar peradapan?

8. Jelaskan perbedaan peradaban islam dengan peradaban barat?

9. Jelaskan empat elemen peradaban menurut Kâdzim Makki?

10, Bagaimana peradaban arab sebelum nabi Muhammad diutus?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

Untuk menjawab pertanyaan nomor (1, 2, 3, 4, 5, 6,) silahkan kaji kembali Hubungan iman,ilmu dan amal

Untuk menjawab pertanyaan nomor (7, 8, 9, 10) silahkan kaji kembali Pilar-pilar peradaban

TES FORMATIF

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Peradaban jahiliyah adalah?

a. Kosong dari iman

b. Banyak pengetahuannya

c. Memiliki teknologi yang modern

2) Sumber peradaban dalam islam?

a. Al-Qur’an dan As-Sunnah

b. Saintis-empiris

c. Ilmu Pengetahuan

3) Hubungan iman, ilmu dan amal ?

a. Trilogi yang tidak bisa dipisahkan

b. Tiga hubungan yang tidak berkaitan

c. Saling terpisah

4) Dalam buku The Story of Civilization ada ungkapan?

a. Tidak ada peradaban yang lebih mengagumkan seperti perdaban Islam

b. Islam memiliki peradaban yang baik

c. Barat diuntungkan dengan islam

5) Menuntut ilmu adalah?

a. Wajib

b. Sunnah

c. Anjuran

6) QS. Al-Aser 1-3 menerangkan?

a. Tentang kerugian manusia kecuali dengan iman, ilmu, amal

b. Tentang waktu

c. Orang-orang yang beruntung

7) Siapakah sahabat nabi yang diutus menemui raja Romawi?

a. Dhiyah al-Kalbi

b. Abu Bakar

c. Umar bin Khatab

8) Persia maju dengan?

a. Pengetahuan saintis – empiris

b. Nilai-nilai kemanusian

c. Kekejamannya

9) Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman hadis riwayat?

a. At-Thabrani

b. Ibnu Majah

c. Bukhari

10) Orang eropa yang mengakui kontribusi islam terhadap kemajuan peradaban eropa?

a. Robert Briffault

b. Adelard Bath

c. Will Durant

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. a Kosong dari iman

2. a. Al-Qur’an dan As-sunnah

3. a. Trilogi yang tidak bisa dipisahkan

4. a. Tidak ada peradaban yang mengagungkan seperti peradaban Islam

5. a. Wajib

6. a. Tentang kerugian manusia kecuali dengan iman, ilmu, amal

7. a. Dhiyah al-Kalbi

8. a. Pengetahuan saintis-empiris

9. a. At-Thabrani

10. a. Robert Briffault

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Taufik Adnan, (2004).

Ahmad Khan Bapak Tafsir Modern, Jakarta: Teraju. Attas, (al), S.M. Naquib (1980).

The Concept of Education in Islam, Petaling Jaya: ABIM. Daud Wan Mohd Nor Wan, (2003),

Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al Attas, Mizan, Bandung, hlm. 22 Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan. 16 (2), 166-178. Franz Rosenthal, (1970),

Knowledge Triumphant: the Concept of Knowledge in Medieval Islam, (Leiden: E.J. Brill, hlm. 222. Hisbah (2018),

Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 15, No. 2, Desember Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (2017),

Universita Muhammadiyah Surakarta Infrensi (2013), Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 7, No. 2, 321-342 Julius Candra. (1994),

Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun Dan Mengembangkannya, Yogyakarta Kasinisius hlm. 49 Majma‘ al-Lughah al-Arabiyah, Mu‘jam al-Wasith, (1990),

Istanbul: Dar al-Da‘wah, hlm. 624. Hadayatullah Moch Syarif (2008),

Al-Qur’an Bicara tentang Ilmu dan Prestasi Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Bāqy, (1997),

al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur‟ān al-Karīm, Beirut: Dār al-Fikr, hlm. 608-609). Nurla Isna Aaunillah. (2011).

Cara Menjadi Suami Yang Pintar Memuliyakan Istri, Cet. Ke-1, Jakarta: Sabil. Shihab Quraish. (1996).

Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoaalan Umat, Cet. Ke-13, Bandung: Mizan. S.M.N. al-Attas, (1995),

Prolegomena to the Metaphysics of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC, 14. Imam Munawir, (1984)

Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke Masa Surabaya: PT. Bina Ilmu Sayyid Quthb ( (al) (2010).

Ma’alim FiAth Thariq..Yogyakarta: Uswah Matta Anis (2006).

Dari Gerakan ke Negara. Jakarta: Fitrah Rabbani.


Tanggapan

  1. Assalamualaikum
    Mohon maaf sy ingin bertanya mengenai Hakikat tauhid dan iman kepada Allah SWT. Yaitu membebaskan manusia dari belenggu-belenggu penghambaan kepada selain Allah. Dalam ucapan “ Tiada tuhan selain Allah “ terdapat pesan yang jelas bahwa ketundukan dan penghambaan hanya kepada Allah SWT.

    Seperti yang kita tau Bawa arti dari tauhid itu sendiri Adalah “Esa” mengesakan Allah SWT.apa yang harus dilakukan,dijaga, agar kita dapat dikatakan sebagai orang yg bertauhid

    TOLONG JAWABANNYA 🙏


Tinggalkan komentar

Kategori